Dalam perjalanan hidup ini
seringkali kita merasa kecewa.
Kecewa sekali. Sesuatu yang
luput dari genggaman, keinginan yang tidak
tercapai, kenyataan yang tidak
sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah
berandai-andai ria. Arghhhhhhh !!!...
sungguh semua itu telah hadirkan nelangsa yang
begitu menggelora dalam jiwa.
Dan sungguh sangat beruntung
andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu
untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki mencari
ilmu, mencari rejeki, kebahagian yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara.
Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan
memang manusia diciptakan
mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan
bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau
bisa tercapai.
Dan tidak mudah menyadari bahwa
apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak
sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau
harus-harus yang lain.
Betapa banyak orang yang sukses
tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua
pemberian Allah hingga
membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang.
Begitu juga kegagalan sering
tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi
dari kegagalan adalah tidak
tercapainya apa yang memang bukan hak kita.
Padahal hakekat kegagalan adalah
tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi bagian
dari kita di dunia, entah itu Rejeki,
jabatan, kedudukan pasti akan
Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita
bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri
kita, meski kita mati-matian
mengusahakannya.
Demikian juga bagi yang sedang
galau terhadap jodoh. Kadang kita tak sadar
mendikte Allah tentang jodoh
kita, bukannya meminta yang terbaik tetapi
benar-benar mendikte Allah:
Pokoknya harus dia Ya Allah... harus dia, karena
aku sangat mencintainya. Seakan
kita jadi yang menentukan segalanya, kita
meminta dengan paksa. Dan
akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa
jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan
kelembutan, tapi melemparkanya
dengan marah karena niat kita yang terkotori.
Maka setelah ini wahai jiwa...,
jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa
berkepanjangan terhadap apa-apa
yang luput darimu.
Setelah ini harus benar-benar
dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu
didunia ini harus benar-benar
perlu bila ada relevansinya dengan harapan
kita akan bahagia di akhirat.
Karena seorang "baik" tidak hidup untuk dunia
tetapi menjadikan dunia untuk
mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di
akhirat kelak!
Maka sudahlah..... jangan kau
tangisi apa yang bukan milikmu!
wowwwwww
BalasHapusngopo Pli,,,,ono jik rumongso too wkwkwkwkw sengaja kok :-D ambil hikmahnya
BalasHapus